Sekilas Bioinformatika

October 17th, 2010

Bioinformatika, sesuai dengan asal katanya yaitu “bio” dan “informatika”, adalah gabungan antara ilmu biologi dan ilmu teknik informasi (TI). Pada umumnya, Bioinformatika didefenisikan sebagai aplikasi dari alat komputasi dan analisa untuk menangkap dan menginterpretasikan data-data biologi.
Ilmu ini merupakan ilmu baru yang yang merangkup berbagai disiplin ilmu termasuk ilmu komputer, matematika dan fisika, biologi, dan ilmu kedokteran.

Ilmu bioinformatika lahir atas insiatif para ahli ilmu komputer berdasarkan artificial intelligence. Mereka berpikir bahwa semua gejala yang ada di alam ini bisa diuat secara artificial melalui simulasi dari gejala-gejala tersebut. Untuk mewujudkan hal ini diperlukan data-data yang yang menjadi kunci
penentu tindak-tanduk gejala alam tersebut, yaitu gen yang meliputi DNA atau RNA. Bioinformatika ini penting untuk manajemen data-data dari dunia biologi dan kedokteran modern. Perangkat utama Bioinformatika adalah program software dan didukung oleh kesediaan internet.

Kemajuan ilmu Bioinformatika ini lebih didesak lagi oleh genome project yang dilaksanakan di seluruh dunia dan menghasilkan tumpukan informasi gen dari berbagai makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah sampai makhluk hidup tingkat tinggi. Pada tahun 2001, genom manusia yang terdiri dari 2.91 juta bp (base-pare, pasangan basa) .

Baru-baru ini genom mikroba Plasmodium penyebab Malaria dan nyamuk Anopheles yang menjadi vektor mikroba tersebut juga telah berhasil dibaca. Dan masih banyak lagi gen-gen dari makhluk hidup lainnya yang sudah dan sedang dibaca. Semua data-data yang dihasilkan dari genome project ini perlu di susun dan disimpan rapi sehingga bisa digunakan untuk berbagai keperluan, baik keperluan penelitian maupun keperluan di bidang medis. Dalam hal ini peranan Bioinformatika merupakan hal yang esensial. Dengan
Bioinformatika, data-data ini bisa disimpan dengan teratur dalam waktu yang singkat dan tingkat akurasi yang tinggi serta sekaligus dianalisa dengan program-program yang dibuat untuk tujuan tertentu. Sebaliknya Bioinformatika juga mempercepat penyelesaian genome project ini karena
Bioinformatika mensuplay program-program yang diperlukan untuk proses pembacaan genom ini. Walaupun manajemen data melalui Bioinformatika ini sangat penting dalam berbagai bidang, penulis akan menfokuskan  pembicaraan pada peranan Bioinformatika dalam dunia kedokteran.

SOFTWARE AGENT

October 17th, 2010

Di dalam kamus Webster’s New World Dictionary [Guralnik, 1983], agent
didefinisikan sebagai:  A person or thing that acts or is capable of
acting or is empowered to act, for another.

Disini ada dua point yang bisa kita ambil:

  • Agent mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu tugas/pekerjaan.
  • Agent melakukan suatu tugas/pekerjaan dalam kapasitas untuk sesuatu, atau untuk orang lain.

Ditarik dari point-point diatas Caglayan [Caglayan et al., 1997] mendefinisikan software agent sebagai:

Suatu entitas software komputer yang memungkinkan user (pengguna) untuk
mendelegasikan tugas kepadanya secara mandiri (autonomously).
Kemudian beberapa peneliti lain menambahkan satu point lagi, yaitu bahwa agent harus bisa berjalan dalam kerangka lingkungan jaringan (network environment) [Brenner et. al., 1998]. Definisi agent dari para peneliti lain pada hakekatnya adalah senada, meskipun ada yang menambahkan atribut dan karakteristik agent ke dalam definisinya. Secara lengkap definisi agent
dan komparasinya, dirangkumnkan oleh Franklin dalam makalahnya [Franklin et. al., 1996].

Karakteristik yang dimiliki oleh software agent

  1. Autonomy: Agent dapat melakukan tugas secara mandiri dan tidak dipengaruhi secara langsung oleh user, agent lain ataupun oleh lingkungan (environment). Untuk mencapai tujuan dalam melakukan tugasnya secara mandiri, agent harus memiliki kemampuan kontrol terhadap setiap aksi yang mereka perbuat, baik aksi keluar maupun kedalam [Woolridge et. al., 1995]. Dan satu hal penting lagi yang mendukung autonomy adalah masalah intelegensi (intelligence) dari agent.
  2. Intelligence, Reasoning, dan Learning: Setiap agent harus mempunyai standar minimum untuk bisa disebut agent, yaitu intelegensi (intelligence). Dalam konsep intelligence, ada tiga komponen yang harus dimiliki: internal knowledge base, kemampuan reasoning berdasar pada knowledge base yang dimiliki, dan kemampuan learning untuk beradaptasi dalam perubahan lingkungan.
  3. Mobility dan Stationary: Khusus untuk mobile agent, dia harus memiliki kemampuan yang merupakan karakteristik tertinggi yang dia miliki yaitu mobilitas. Berkebalikan dari hal tersebut adalah stationary agent. Bagaimanapun juga keduanya tetap harus memiliki kemampuan untuk mengirim pesan dan berkomunikasi dengan agent lain.
  4. Delegation: Sesuai dengan namanya dan seperti yang sudah kita bahas pada bagian definisi, agent bergerak dalam kerangka menjalankan tugas yang diperintahkan oleh user. Fenomena pendelegasian (delegation) ini adalah karakteristik utama suatu program disebut agent.
  5. Reactivity: Karakteristik agent yang lain adalah kemampuan untuk bisa cepat beradaptasi dengan adanya perubahan informasi yang ada dalam suatu lingkungan (enviornment). Lingkungan itu bisa mencakup: agent lain, user, adanya informasi dari luar, dsb [Brenner et. al., 1998].
  6. Proactivity dan Goal-Oriented: Sifat proactivity boleh dikata adalah kelanjutan dari sifat reactivity. Agent tidak hanya dituntut bisa beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, tetapi juga harus mengambil inisiatif langkah penyelesaian apa yang harus diambil [Brenner et. al., 1998]. Untuk itu agent harus didesain memiliki tujuan (goal) yang jelas, dan selalu berorientasi kepada tujuan yang diembannya (goal-oriented).
  7. Communication and Coordination Capability: Agent harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan user dan juga agent lain. Masalah komunikasi dengan user adalah masuk ke masalah user interface dan perangkatnya, sedangkan masalah komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi dengan agent lain adalah masalah sentral penelitian Multi Agent System (MAS). Bagaimanapun juga untuk bisa berkoordinasi dengan agent lain dalam menjalankan tugas, perlu bahasa standard untuk berkomunikasi. Tim Finin [Finin et al., 1993] [Finin et al., 1994] [Finin et al., 1995] [Finin et al., 1997] dan Yannis Labrou [Labrou et al., 1994] [Labrou et al., 1997] adalah peneliti software agent yang banyak berkecimpung dalam riset mengenai bahasa dan protokol komunikasi antar agent. Salah satu produk mereka adalah Knowledge Query and Manipulation Language (KQML). Kemudian masih berhubungan dengan ini komunikasi antar agent adalah Knowledge Interchange Format (KIF).

EXPERT SYSTEM (SISTEM PAKAR)

September 18th, 2010

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) merupakan salah satu bidang dalam ilmu komputer yang ditujukan pada pembuatan software dan hardware sehingga dapat berfungsi sebagai sesuatu yang yang dapat berfikir atau bertindak seperti manusia. Beberapa cabang dalam kecerdasan buatan, antara lain sistem pendukung keputusan, jaringan saraf tiruan, robotic, bahasa alami, game, speech, dan lain-lain.

Contoh bidang lain dalam kecerdasan buatan  adalah sistem pakar yang membuat penggunaan secara luas knowlwdge atau pengetahuan dan prosedur inferensi yang khusus untuk penyelesaian masalah manusia tingkat pakar yang dituangkan dalam bentuk program komputerisasi.

Bidang sistem pakar ini merupakan penyelesaian pendekatan yang sangat berhasil untuk permasalahan kecerdasan buatan klasik dari pemograman intelligent (cerdas), namun sistem pakar dapat berfungsi sangat baik hanya dalam batasan domainnya saja seperti bisnis, kedokteran, ilmu pengetahuan, dan teknik.

Dalam pengembangan suatu sistem pakar dua komponen penting yaitu satu, terdapat  knowlwdge atau pengetahuan yang mungkin saja berasal dari seorang ahli, atau pengetahuan dari media seperti majalah, buku, jurnal, dan sebagainya. Kedua mesin inferensi yang ditujukan untuk menggambarkan suatu konklusi atau kesimpulan yang merupakan respon terhadap pengguna.

Sistem pakar disusun oleh dua bagian utama, yaitu lingkungan pengembangan dan lingkungan konsultasi. Lingkungan pengembangan digunakan untuk memasukkan pengetahuan pakar kedalam lingkungan sistem pakar, sedangkan lingkungan konsultasi digunakan pengguna bukan pakar untuk memperoleh pengetahuan pakar.

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem pakar tersebut terdiri dari antarmuka pemakai, basis pengetahuan : fakta dan aturan, akuisisi pengetahuan, mekanisme inferensi, workplace, fasilitas penjelasan, perbaikan pengetahuan.

Balance Scorecard

September 13th, 2010

Balance scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja yang dapat digunakan oleh suatu perusahaan. Balance scorecard terdiri dari 4 perspektif utama yaitu diantaranya adalah :

1. Perspektif Finansial

Ukuran finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah trategi perusahaan, implementasi, dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan.

2. Perspektif Pelanggan

Dalam perspektif pelanggan Balanced scorecard, manajemen perusahaan harus mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar di mana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam segmen sasaran. Perspektif ini biasanya terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik. Ukuran utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan, dan pangsa pasar di segmen sasaran. Selain, perspektif pelanggan seharusnya juga mencakup berbagai ukuran tertentu yang menjelaskan tentang proposisi nilai yang akan diberikan perusahaan kepada pelanggan segmen pasar tertentu merupakan faktor yang penting, yang dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk berpindah atau tetap loyal kepada pemasoknya.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam perspektif proses bisnis internal, para eksekutif mengidentifikasi berbagai proses internal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan. Proses ini memungkinkan unit bisnis untuk

  1. memberikan preposisi nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahan pelanggan dalam segmen pasar sasaran, dan
  2. memenuhi harapan keuntungan financial yang tinggi para pemegang saham.

Ukuran proses bisnis internal berfokus kepada berbagai proses internal yang akan berdampak besar kepada kepuasan pelanggan dan pencapaian tujuan finansial perusahaan.

Perspektif proses bisnis internal mengungkapkan dua perbedaan ukuran kinerja yang mendasar antara pendekatan tradisional dengan pendekatan Balanced Scorecard. Perbedaan yang pertama adalah, bahwa pendekatan tradisional berusaha memantau dan meningkatkan proses bisnis yang ada saat ini. Pendekatan ini mungkin melampaui ukuran kinerja finansial dalam hal pemanfaatan alat ukur yang berdasar kepada mutu dan waktu. Tetapi semua ukuran itu masih berfokus pada peningkatan proses bisnis saat ini. Sedangkan pendekatan scorecard pada umumnya akan mengidentifikasi berbagai proses baru yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan agar dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan dan finansial.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Pembelajaran dan pertumbuhan ini bersumber dari tiga prinsip yaitu  people, system dan organizational procedure. Berkaitan dengan ketiga prinsip tersebut Kaplan (1996 ) menjelaskan perspektif ini sebagai berikut:

  1. Kemampuan Pekerja. Dewasa ini pekerjaan rutin dalam proses produksi sudah digantikan oleh mesin-mesin yang serba otomatis. Dengan demikian tenaga kerja buruh kasar yang diperlukan relatif sedikit, sehingga tenaga kerja yang tinggal hanyalah tenaga kerja yang spesialis saja. Semakin sedikitnya tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan menyebabkan perusahaan lebih dapat memberikan akses informasi yang lebih layak kepada pekerjanya untuk lebih meningkatkan effesiensi untuk mencapai tujuan perusahaan. Tolok ukur yang dapat digunakan untuk ini adalah a) tingkat kepuasan pekerja pegawai b) tingkat perputaran tenaga kerja dan c) besarnya pendapatan perusahaan perkaryawan dan yang terakhir adalah nilai tambah dari tiap karyawan.
  2. Kemampuan sistem informasi. Dalam kondisi yang sangat kompetitif, sistem informasi yang handal sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan. Kemampuan sistem informasi ini sangat ditentukan oleh tingkat ketersediaan informasi, tingkat keakuratan informasi dan jangka waktu yang diperlukan untuk memperoleh informasi tersebut. Hal ini disebabkan betapapun akuratnya suatu informasi yang diterima oleh perusahaan tapi apabila jangka waktunya telah berlalu maka informasi tersebut tidak berguna lagi.
  3. Motivasi, Pemberdayaan dan Pensejajaran. Untuk dapat menciptakan motivasi pegawai diperlukan iklim organisasi yang mampu menciptakan motivasi itu sendiri dan mendorong inisiatif karyawan. Keberhasilan aspek ini bisa dilihat dari jumlah saran yang diajukan karyawan, jumlah saran yang diimplementasikan dan tingkat kemampuan karyawan untuk mengetahui visi dan misi yang diemban oleh perusahaan. Kaplan dan Norton  menjelaskan hubungan sebab akibat peningkatan kinerja perusahaan yang dijelaskan dalam 4 perspektif yang ada dalam balanced scorecard. Kinerja keuangan (financial) sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses yang berlanjut yang dimulai dengan adanya peningkatan kemampuan sumberdaya, selanjutnya berimplikasi pada kualitas proses yang lebih baik. Kualitas proses yang lebih baik akan berakibat penyerahan produk dan jasa yang berkualitas dan tepat waktu sehingga akan menyebabkan pelanggan loyal dan mereka bersedia membayar lebih besar dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan menaikkan laba perusahaan.

Green IT

September 13th, 2010

Sampai saat ini, pemanfaatan tenaga secara umum belum menjadi perhatian utama dalam pengembangan dan penerapan komponen teknologi. Sebagai bisnis yang telah berkembang pengaruh ketergantungan pada IT untuk mencapai tujuan perusahaan dan mendorong produktivitas dari perusahaan tersebut merupakan hal yang penting, dimana diketahui bahwa sampai pada saat ini konsumsi energi telah meningkat secara proporsional.

Hal ini telah memperkenalkan satu set baru dalam beban operasional, termasuk biaya energi yang tidak hanya lebih besar, namun juga dapat memastikan ketersediaan tenaga listrik yang cukup untuk mendukung operasional IT pada perusahaan itu sendiri. Dengan meningkatnya biaya energi dan permintaan global untuk sumber daya yang tersedia merupakan suatu masalah yang cukup rumit. Pada saat yang sama, meningkatkan kekhawatiran terhadap krisis iklim global telah menyebabkan tekanan sosial dan pengenalan kepatuhan peraturan yang terfokus pada pengurangan konsumsi energi.

Menanggapi tantangan ini, teknologi baru dan solusi dikembangkan untuk membantu suatu perusahaan dalam mencapai tujuan pemanfaatan sumber daya.
Green IT merupakan solusi produk, layanan dan praktek yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi komputasi sumber daya yang sedemikian rupa untuk mengurangi dampak lingkungan dari pemanfaatan IT itu sendiri. Meskipun sekarang lebih luas dalam ruang lingkupnya, Green IT awalnya didirikan pada prinsip “triple bottom” yang mendefinisikan keberhasilan sebuah perusahaan berdasarkan kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Filosofi ini diklaim bahwa terdapat jumlah yang terbatas pada sumber daya alam yang tersedia, hal itu dilakukan adalah demi kepentingan masyarakat bisnis secara keseluruhan dan untuk mengurangi ketergantungan mereka pada sumber daya yang terbatas untuk menjamin kelangsungan hidup ekonomi jangka panjang.

Bagi banyak perusahaan, tantangan yang benar dalam mencapai kelanjutan ini terletak pada anggaran luar tahunan kepada Green IT untuk menentukan strategi yang akhirnya akan mengurangi biaya dan menjamin ketersediaan sumber daya untuk jangka panjang.

Peningkatan konsumsi daya telah menciptakan suatu tantangan yang lebih besar bagi banyak perusahaan di daerah di mana perusahaan-perusahaan listrik harus membatasi ketersediaan tempat untuk fasilitas mereka dalam rangka memperluas kapasitas data center untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Oleh karena itu, perusahaan ini harus melakukan investasi dalam strategi Green IT untuk mengurangi konsumsi daya yang ada. Sebagai manfaat tambahan, Green IT mempromosikan solusi konsolidasi pusat data yang juga dapat menambah ruang yang tersedia secara fisik, sehingga lebih memungkinkan dalam pertumbuhan IT itu sendiri.

Dalam hal ini Green IT dapat  didefinisikan sebagai studi dan penerapan mulai dari tahap mendesain, memproduksi, dan menggunakan perangkat keras komputer, perangkat lunak , dan system komunikasi secara efesien dan efektif dengan meniadakan atau meminimalkan dampak terhadap lingkungan. Green IT termasuk juga dalam bagaimana penggunaan IT untuk mendukung, membantu, dan mempengaruhi inisiatif yang berhubungan dengan lingkungan dan membantu menciptakan kepedulian terhadap lingkungan.